Soegijono

ini mungkin berguna

e-Learning

Terumbu karang adalah hutan di permukaan dasar laut yang merupakan ekosistem tertua di bumi, yang memiliki struktur biologi yang terlengkap di planet ini. Meskipun terumbu karang menutupi kurang dari 1% dari permukaan bumi, tetapi merupakan habitat bagi lebih 25% dari semua spesies ikan di laut. Sekitar 500 juta orang mengandalkan terumbu karang sebagai sumber makanan dan mata pencaharian. Bentuknya yang fungsional sebagai barrier alam yang melindungi pantai dari kekuatan daya kikis laut, sehingga melindungi pantai yang menjadi sumber kehidupan, makan, tempat tinggal, rekreasi, lahan pertanian dan sebagainya.Tanpa adanya terumbu karang, Kepulauan Seribu berada di bawah air. Terumbu karang juga telah dikenal luas berguna dalam dunia kesehatan pengobatan kanker, HIV, penyakit jantung dan bisul, dan terutama jenis karang batu yang berkerangka kapur berpori telah digunakan untuk grafts tulang manusia. Diperkirakan terumbu karang berkontribusi $ 375 miliar per tahun di seluruh dunia dalam bentuk barang dan jasa. Jika laju kerusakan karang terus berlanjut seperti sekarang, 70% dari terumbu karang dunia diprediksi akan hancur pada tahun 2050.

Karang di seluruh dunia saat ini sedang sekarat dan pada tingkat yang mengkhawatirkan. Sepanjang 60.000 mil garis pantai di 109 negara, perikanan pantai, rawa dan laguna karangnya telah hilang. Diperkirakan 25% dari terumbu karang telah hilang dan 67% sisanya terancam. Di Asia Tenggara dan terbesar di Filipina, 88% karang hancur dan terancam, dan diperkirakan lebih dari 90% dari karang di Florida telah hilang sejak tahun 1975. Dalam sebuah studi oleh para peneliti Herakleitos, 100% dari karang di laguna Pulau Xanton Pasifik Selatan diamati telah mati akibat pemanasan global, polusi, penyakit, over-fishing, penangkapan dengan dinamit dan sianida, serta terjadi pemutihan (bleaching) yang kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya suhu air laut.

Terumbu karang juga merupakan bagian integral dari proses sistem biogeochemical bumi, termasuk produksi primer karbon dan penyimpanan kalsium dan formasi geologis yang membentuk aliran air dan upwelling. Dari suatu penelitian ditunjukkan bahwa terumbu karang merespons lebih cepat perubahan lingkungan ekosistem daripada yang lain – bahkan pada perubahan kecil suhu air laut- karena sensitivitasnya yang sangat tinggi. Oleh karena itu karang dapat dijadikan sebagai indikator atau sistem peringatan dini bagi kondisi laut, dan mungkin untuk semua jenis ekosistem di bumi.

Demikian penting terumbu karang, baik sebagai sebuah ekosistem dan barometer untuk perubahan lingkungan, tetapi relatif sedikit orang yang peduli. Hebatnya lagi, hingga saat ini belum terdapat peta dasar bagi terumbu karang hidup. Bahkan para ilmuwan masih banyak yang tidak tahu lokasi dan penyebaran karang di dunia, apalagi spesies penghuninya. Di Pasifik, yang diperkirakan memiliki 90% konsentrasi terumbu karang tertinggi di dunia, sampai hari ini belum pernah dilakukan evaluasi secara menyeluruh. Demikian pula di Indonesia, baru beberapa lokasi seperti P. Banda, P. Anambas, P. Lembongan, Wakatobi, Teluk Togian, P. Banggai dan Enggano yang dapat dipantau secara rutin (seperti disajikan dalam science study PCFR). Mengingat minimnya data, maka mustahil untuk mengetahui laju kehancuran karang secara akurat. Sebaliknya, para ahli tahu persis berapa luas rain forest yang tersisa dan berapa banyak yang sedang dihancurkan setiap hari karena adanya data dasar hutan tropis yang sangat rinci dari citra satelit. Sebuah database untuk terumbu karang sangat dibutuhkan. Jika ini dapat diwujudkan, berarti kita akan memiliki informasi yang kita butuhkan untuk mengatasi krisis terumbu karang setidaknya pada skala lokal. Semoga.